Jumat, 22 April 2011

KAPAN BAHAGIA ITU MILIKKU SEUTUHNYA ?

PART 1

Kisahku ini sengaja ku tulis, karena aku rindu belaian seorang ayah kandungku dan semangatku untuk meraih impian ku untuk membahagiakan bunda ku yang ku sebut sebagai ibu ku tercinta

Dan kisah ini adalah real kehidupanku tanpa mengubah tokoh maupun karakter didalamnya. Dan buat ayahku meski kau tak mungkin membaca kisahku ini tapi aku berharap suatu saat aku dapat bertemu kembali,biar bagaimanapun kau masih tetap ayah kandungku dan aku tetap akan menyayangimu

Namaku Sukri Abidin dan biasa di panggil Sukri dalam keluargaku dan sering di panggil abhy dalam pergaulanku, aku terlahir dari keluarga yang cukup dan sederhana dalam kesehariannya. Aku tidak pernah tahu kenapa ayah kandungku dan ibuku berpisah waktu itu umurku baru dibawah lima tahun, entah berapa tahun umurku pada saat itu ? aku tak mengerti yang aku tahu hanya ayahku yang selama ini adalah ayah tiriku. Dengan hidup sederhanaku ini ayah ku sebagai seorang pembuat gula merah dari kelapa yang berpenghasilan pas-passan dan ibuku sebagai ibu rumah tangga dan terkadang ibuku juga bekerja sebagai buruh jika ada, sejak kecil hidupku biasa-biasa saja dan tidak ada yang istimewa dariku tetapi ibuku sering menganggapku istimewa sejak kecil akupun dapat bersekolah dengan berbagai beasiswa prestasi yang kudapat. Sampai akhirnya aku lulus sekolah jenjang Sekolah Menengah Pertama, keinginanku untuk melanjutkan ke jenjang selanjutnya pun menggebu. Saat itu ibuku tidak mengijinkanku lanjut karena biaya yang tidak memadai, namun aku tetap ngotot untuk lanjut tetapi ibuku bersikeras tak menyetujui secuilpun keinginanku. Hingga akhirnya aku sempat putus asa sejenak aku berfikir kalau selama ini aku memiliki ayah kandung setelah aku mengetahui bahwa selama ini ayah yang sangat menyayangiku ternyata ayah tiriku. Dengan ini mungkin aku bisa meneruskan sekolahku kesana – kemari aku mencari tentang keadaan dan keberadaan ayah kandungku yang selama ini aku tidak mengetahuinya sama sekali hingga suatu saat aku pergi mencari ayahku sampai akhirnya aku bertemu langsung dengannya betapa bahagianya hatiku ini. Waktu itu umurku sudah menginjak 16 tahun berarti selama 16 tahun aku tidak mengetahui ayahku sendiri. Tetapi, betapa sakit hatiku ketika itu ayahku tak ada respon sedikitpun atau sedih bahkan menangis bahagianyapun tidak ada ketika bertemu aku sebagai anaknya sendiri yang selama bertahun-tahun tidak pernah bertemu. Lalu akupun menangis menjahuinya dan hari-hariku hanya kulalui dengan linangan air mataku meskipun aku laki-laki tapi aku juga manusia yang memiliki hati dan perasaan, akupun menagisi kenapa hidupku begini ? kenapa ayahku sendiri biasa-biasa saja bertemu dengan anaknya sendiri yang selama 16 tahun lamanya tidak bersama, kenapa impianku untuk meraih cita-cita hanya kandas di bangku SMP saja. Aku menangis dan terus menangis hingga semua raut wajahku nampak bengkak. Sampai suatu hari karena ayahku tidak tega melihatku, ayah tiriku (ayah yang selama ini menghidupiku) membujukku untuk lanjut di tingkat SMU di kampungku sendiri akupun semangat untuk hidup. Hingga tugas apapun dari orang tuaku kulalukan demi pendidikanku, akupun diterima disekolah tersebut dengan bantuan beasiswa prestasi yang aku milikki waktu pembayaran pendaftaran orang tuaku hanya dikenai setengah dari biaya pendaftaran semula kulali hidupku yang kurasakan bagai sempurna hidup ini. Suatu ketika aku tahu bahwa selama ini pembayaran sekolahku dicicil oleh orang tuaku dan dari pihak sekolah memintaku agar orang tuaku melunasi sisa pembayarannya, aku mulai patah semangat lagi rasanya kenapa hidupku ini selalu membuat beban orang lain terutama orang tuaku sendiri. Aku mulai jarang masuk sekolah karena malu, suatu saat aku mulai mencari pekerjaan untuk memulai lembaran baru dari hidupku dan rasanya mustahil lagi untuk mencapai impianku. Tanpa sengaja pada saat itu tepat hari selasa tanggal xx aku bertemu kakak ibuku (pakde ku) yang kebetulan mampir ke rumahku tiba-tiba saja pakde menawariku untuk ikut denganya pergi ke papua aku hanya dapat mengiyakannya saja karena aku ingin membuka lembaran baru hidup tanpa cita-citaku tanpa sepengetahuan ibuku. Tapi pakde menyarankanku agar aku segera meminta izin kepada ibuku, ibuku hanya bisa menangis saat aku mengungkapkan itu semua dan sampai akhinya akupun diizinkan meskipun itu sangat berat baginya aku terus meyakinkan bahwa aku bisa.

Hingga suatu hari pada saat itu hari sabtu, aku sampai di papua tepatnya di kota Nabire disana aku merasa hidup ini mulai kembali saat aku tahu kalau aku akan lanjut sekolah. Tak henti-hentinya aku bersyukur. tak terasa sudah 2 tahun aku jalani hidupku di Nabire waktu itu aku duduk di kelas XI di salah satu SMA swasta aku merasa hidupku amat mewah tetapi menderita yang ku alami bagaikan burung di sangkar emas, aku mulai merasakan selama ini hidupku amatlah mewah tetapi apa yang kudapat semuanya hanyalah background hidupku, mau makan atau beli apapun hamper semuanya bisa kulakukan tetapi satu hal yang tidak bisa kulakukan yaitu ingin bebas dan menjalani hidup seperti remaja yang lain seumuranku. Meskipun aku tinggal bersama kakak sepupuku sendiri yang serba mewah tetapi aku tidak pernah merasakan kasih sayang walaupun terkadang aku bahagia dan bangga, aku selalu dikekang dan dipaksa untuk menjalankan bisnisnya siang dan malam aku di suruhnya tanpa memahami kondisi dan keadaanku pada saat itu akhirnya aku sering jatuh sakit.

Pada akhirnya aku telah menduduki kelas XII disekolahku, selama satu semester aku menahan sakitnya hidupku dengan kakak sepupuku. Sampai akhirnya aku bertemu dengan teman ku yang kebetulan dia sekelas dengan namanya febrian orangnya baik sopan dan pintar. Aku sudah sangat tidak tahan dengan kehidupan ini hingga akhirnya aku mencari ide bagaimana caranya aku bisa di usir dari rumah kakak sepupuku rencana itupun berjalan dengan mulus dan sukses dan aku tinggal bersama temanku hingga aku menyelesaikan sekolahku.

Saat perpisahan disekolahku semua orang yang ada di sekelilingku bahagia dengan canda dan tawanya begitu menghanyutkanku dan aku sangat sedih Karen waktu itu semua wali murid turut hadir dalam acara tersebut dan hanya aku yang sendiri, iar mataku kembali bercucur tak terbendung lagi aku hanya dapat berkata sendiri dalam hatiku “Ma..! meski dirimu tak ada disini tapi aku bahagia karena dapat meraih impianku, meski mama tidak dapat melihat anakmu yang malang ini secara langsung, andai saja mama ada disampingku saat ini pasti aku kan memeluk mu erat-erat karena bahagia”.

Setelah aku bertekad untuk melanjutkan study ku ke Jayapura, aku tinggal bersama teman terbaikku febrian kami selalu berdua dalam suka maupun duka. Di tempat itu pun aku harus tetap bekerja untuk menghidupi diriku sendiri dan membiayai kuliahku, aku sering berpindah-pindah kerja lantaran gaji yang ku terima tidak cukup untuk memenuhi semua kebutuhan ini. Sehingga hidupku pun bagaikan menumpang karena aku sering kehabisan biaya dan tidak sedikit dari teman-temanku menganggapku sebagai beban yang berat bagi mereka karena sering mengganggu dan merepotkannya siang malam aku hanya berfikir kapan aku bisa seperti mereka yang bisa membantu orang lain dan tidak merepotkan sepertiku

Bersambung………………………..

Bagi pembaca yang ingin memberi motivasi untukku isi langsung aja yaa komentarnya

Karena aku sangat membutuhkan dukungan maupun motivasi anda !

Tidak ada komentar:

Posting Komentar